T Princessilya T
Entah sudah berapa kali aku menguap
pagi ini, rasanya tadi malam aku terjaga lama sekali, aku sendiri heran kenapa
tidak bisa tidur.
“Menguap terus?
Tidak tidur semalam?”, tegur Andika seraya duduk di sampingku.
“Tidur, tapi
tidak lelap, mungkin tidak ada satu jam!”, jawabku yakin, Andika mengeluarkan
sebotol air mineral dan memberikannya padaku.
“Minum dulu,
supaya fresh, kalau masih mengantuk sebaiknya kamu ke UKS!”, saran
Andika, aku diam lalu meneguk air mineral dari Andika
“Pagi Silly!”,
sapa Puput seraya meletakkan satu boks wafer stick coklat pesananku.
Setiap hari aku
selalu mendapatkan wafer stick coklat dari Puput, orang tuanya memiliki toko
coklat yang di produksi sendiri, dan aku selalu memesan satu boks setiap pagi.
Aku merasa hampa andaikan hidup tanpa wafer stick coklat. Pernah suatu hari,
keluarga Puput keluar kota dan toko mereka tutup, dan aku harus mencari wafer
stick coklat dengan produsen yang sama, tapi sangat susah, sehingga berakhir
dengan stress.
“Terima kasih, rasanya
aku kembali fresh tidak mengantuk lagi!”, sahutku senang
“Memangnya
kemana semalam? Tumben mengantuk di pagi hari?”, heran Puput, aku hanya
menggeleng pelan.
“Aku akan
istirahat di UKS, hingga jam pelajaran kedua dimulai!”, kataku pelan
“Itu lebih baik
daripada kamu pingsan!”, sahut Andika seraya bangkit dan keluar kelas untuk
kembali ke kelasnya.
“Dia sangat baik
padamu, sejak dulu. Sudah dua tahun berlalu!”, aku tak menyahut perkataan
Puput, lebih tepatnya aku menolak mendengar dan membahasnya.
Istirahat
sekolah aku langsung menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka dan kembali ke
kelas, untuk mengikuti pelajaran kedua.
“Darimana Silly?
Kak Radit mencarimu!”, kata Surya saat aku hendak masuk kelas
“UKS, kenapa kak
Radit mencariku? Bukankah tugas kesenianku sudah clear minggu lalu?!”,
heranku seraya masuk kelas dan keluar lagi untuk menemui kak Radit di ruang
guru.
Kak Radit adalah
guru kesenian baru, dia mulai mengajar di tahun ajaran baru, dia masih muda dan
berbakat, dia selalu menolak untuk dipanggil Pak, jadi semua anak memanggilnya
kakak, dia masih kuliah, dan mengajar disini, mungkin aneh kalau dia bisa
menjadi guru padahal masih kuliah.
“Tadi mencari
saya? Ada perlu apa Kak?”, tanyaku penasaran
“Tidak kok,
hanya penasaran kenapa kamu tidak masuk kelas!”, jawab Kak Radit seraya
menyerahkan sebuah buku besar padaku. “Ambilah buku itu, hadiah dariku, di
ulang tahunmu”
Aku kaget
mendengarnya, tahu dari mana dia ulang tahunku, dan kenapa dia peduli dengan
ulang tahun muridnya? Heranku.
“Em, terima
kasih kak, saya akan kembali dulu, permisi!”, kataku dan beranjak dari ruang
guru. Kubuka perlahan buku dari kak Radit. Isinya kumpulan lukisan dan sangat
indah. Lama aku membuka tiap halaman lukisan di buku tersebut, aku tersadar,
semua lukisan yang ada, adalah lukisanku.
“Tunggu, kenapa
ini semua karyaku? Bagaimana kak Radit punya ini semua?”, heranku seraya
kembali membuka halaman buku, “Kakak!”, kataku pelan saat aku membuka halaman
terakhir, lukisan yang kulukis bersama Kakakku, dadaku tiba-tiba terasa sesak.
Rangga Praditya,
adalah nama Kakak sekaligus kekasih pertama yang kumilki. Hubungan kami yang
hanya berjalan enam bulan, kami telah putus dua tahun lalu di akhir tahun kelas
satu, Kak Rangga sudah meninggal dunia, usai kecelakaan pesawat yang akan
membawanya pergi ke Amerika untuk kuliah disana. Lebih tepatnya hilang tanpa
kabar, dan semuanya mengatakan Kakak sudah pergi.
Mama dan Papa juga ikut menghilang usai kecelakaan tersebut. Kenangan indah bersama kak Rangga kembali berputar di kepalaku, kak Rangga-lah yang mengenalkanku dengan coklat, wafer stick coklat yang selalu kami konsumsi setiap hari. Setiap gigitan coklat, selalu memberikan semangat hidup untukku, semangat yang diberikan kak Rangga padaku sejak aku mencintainya. Usai perpisahanku dengan kak Rangga, aku tak pernah menjalin hubungan dengan siapapun, tak bisa mengenal orang sebaik kak Rangga, aku masih mencintai dia dan belum ingin mengganti dengan orang lain.
Mama dan Papa juga ikut menghilang usai kecelakaan tersebut. Kenangan indah bersama kak Rangga kembali berputar di kepalaku, kak Rangga-lah yang mengenalkanku dengan coklat, wafer stick coklat yang selalu kami konsumsi setiap hari. Setiap gigitan coklat, selalu memberikan semangat hidup untukku, semangat yang diberikan kak Rangga padaku sejak aku mencintainya. Usai perpisahanku dengan kak Rangga, aku tak pernah menjalin hubungan dengan siapapun, tak bisa mengenal orang sebaik kak Rangga, aku masih mencintai dia dan belum ingin mengganti dengan orang lain.
Rangga Praditya and
Princessilya in Memory
Hari
ini adalah hari pertama aku masuk sekolah di Sma, masa mos yang seru. Dengan
pelan aku masuk kelasku, kosong, sepi, semua anak masih sibuk dengan kegiatan
yang akan diadakan di puncak mos. Ada satu boks wafer stick coklat di meja yang
biasa aku tempati, aku menoleh ke kanan kiri mencari tahu pemilik wafer
tersebut.
“Dek, tolong
ambilkan wafer stick coklat di depanmu!”, seru seseorang, aku menoleh, kakak
kelasku berdiri di jendela kelas seraya menunjuk ke arah wafer di depanku. Aku
menatap wafer dan kakak kelasku bergantian, jarang sekali ada cowok makan wafer
stick coklat, ah mungkin untuk acara mos nanti, pikirku. Aku menyerahkan wafer
padanya.
“Heran ya? Kamu
bukan orang pertama yang heran dengan kebiasaanku”, sahutnya seraya berlalu
meninggalkan aku. Lucu dan aneh, pikirku.
Hari kedua mos,
materi mos cukup lama, waktu istirahat aku langsung menuju ke kantin untuk
melepas lelah.
“Gila! loe doyan
apa nafsu Dit?”, pekik seseorang, aku menoleh ke meja sebelahku, kakak stick
coklat sedang menikmati stick coklatnya dengan semangat seolah belum makan
seharian.
“Gue laper dan
lelah, cuma coklat ini yang buat gue semangat!”, jawab kakak coklat stick
tersebut, aku tersenyum melihat semangat dia melahap tiap stick coklat. Tanpa sadar
kakak tersebut juga memandangku, aku bergegas mengalihkan pandangan.
Tertangkap
basah!
“Kamu mau? Ambil
saja, sehat kok!”, ucapnya seraya duduk di depanku, “Aku selalu makan stick
coklat kalau sendirian dan di saat butuh coklat!”, ia menyodorkan boks stick
coklat padaku.
“Kemarin makasih
ya, aku mencarinya ternyata tertinggal di kelas kamu. Kenalkan namaku Adit,
kamu?”, lanjutnya dengan senyum, kakak yang periang
“Aku Silly,
doyan banget ya sama coklat?”, tanyaku
“Ngga semua
coklat dan ngga semua stick coklat aku suka. Hanya dari produsen ini, coklatnya
asli dan diproduksi dengan alami, sehat pula bagi kesehatan!”, jelasnya senang
“Apa ngga malu
Kak? Menenteng stick coklat kemana-mana?”, heranku
“Ngga, tidak melanggar peraturan kan!”, jawabnya
tanpa ragu dan tersenyum, aku hanya tertawa kecil. Tiba-tiba bel berdering, aku
bangkit untuk kembali ke kelas, untuk materi selanjutnya, “Sebagai ucapan
terima kasih, harus diterima!”, kak Adit meninggalkan tiga buah stick coklat di
meja dan berlalu.
0 comments:
Post a Comment