Thursday, November 6, 2014

Larie Cafe and Resto part 1_Ananda

Alexis Geizzo
Aku memarahi diriku sendiri, lahir sebagai anak laki-laki tak membuatku bisa hidup sesuai dengan kemauanku sendiri, aku harus ikut kemauan kakakku yang seorang perempuan, sialnya, sekarang ia ingin pindah kuliah,dari Bogor ke Surabaya,
“kak aku tak bisa meninggalkan Bogor  begitu saja”
Kataku pada kak Ovi
“sudahlah Alex, ini keputusan terakhir mami sama papi”
Sahut kakakku dan meninggalkanku di teras sendiri, aku heran dengan kak Ovi, kenapa harus Pindah ke Surabaya, ke Jakarta kan bisa.

Lavendie Riecha
Aku keluar dari resto oma dan menuju sekolah tercintaku.
“Die, bisa nggak anterin aku ke perpus?”
Tanya Zaffi seraya menarik tanganku
“udah mau bel nih, ntar aja deh”
Tolakku, Zaffi langsung ngambek, dengan terpaksa aku mengantarnya ke perpus.
Dalam perjalanan ke perpus karena begitu buru-buru, aku menabrak seorang cowok
“ma....”
“loe taruh mana mata loe, nggak lihat gue jalan?”
Bentaknya, aku langsung kaget, rencanaku untuk minta maaf pun terhenti.
“daridulu tempatnya mata tuh ya di muka, dan bukan aku yang naruh mataku disini”
Sahutku kesal
“Die, ngapain kamu disana? Ayo buruan”
Ajak Zaffi, aku hendak pergi namun tangan cowok itu menahanku
“mau kemana loe? Udah nabrak nggak mau minta maaf lagi”
Tanya cowok itu, keren sih keren tapi sadis bener gitu. Zaffi kembali ke arahku.
“emmm, kamu anak baru ya?”
Tanya Zaffi spontan, “kenalin aku Zaffi, dan ini.....”
“udahlah Zaf, ngapain kenalan sama cowok belagu kayak dia, ayo buruan ke perpus”
Ajakku pada Zaffi,
“dia keren banget Die, kamu sih, jadi nggak tahu namanya kan...”
Keluh Zaffi kecewa,
“namanya Alexis, keren dari mana?”
Sungutku kesal, seraya masuk perpus dan meminjam buku yang diperlukan Zaffi.
“nah tuh, mata kamu itu emang bukan mata cewek kok Die, dia itu keren banget”
Celoteh Zaffi,”tahu darimana namanya Alexis?”
“dari nama di seragamnya, udah ah ayo”
Ajakku, kami pun kembali ke kelas.
“anak-anak di kelas kalian ada anak baru, silahkan perkenalkan dirimu”
Kata bu Devi, wali kelasku, aku kaget, cowok belagu itu sekelas sama aku
“nama saya Alexis Geizzo, cukup panggil alex”
Katanya dengan penuh pesona.


“baiklah Alex silahkan cari tempat dudukmu”
Perintah bu Devi, mungkin memang sial dia memilih bangku di sampingku yang kebetulan kosong.
“ngapain kamu disini? Masih banyak kursi yang kosong kan?”
Kataku kesal,
“terserah gue, ini bukan bangku milik nenek moyang loe kan?”
Jawabnya puas bisa marah padaku,”loe masih hutang maaf padaku”
“maaf? Nggak salah denger nih? Bukannya kamu yang harusnya minta maaf? Kamu tu cowok kenapa duduk sama cewek”
Sungutku kesal,
“loe yang nabrak kenapa harus gue yang minta maaf? Bukannya loe cowok?”
“OK aku minta maaf, dan sekarang pergi, sebab aku adalah seorang cewek,”
Sahutku, mengalah, dia malah diam seperti tak berharap aku mengucapkan kata maaf padanya,
“Nama loe siapa? Kayaknya nggak ada yang duduk sama lawan jenis deh di kelas ini”
Tanyanya serius seraya mengitarkan pandangan,
“kecuali kita”
Sahutku kesal,
“gue nggak percaya loe cewek, di lihat dari atas monas pun loe kelihatan cowok”
Aku tak sanggup menahan amarah, tamparanku langsung mengayun dengan indah di pipinya yang mulus, semua mata menatap kami,
“Apa salah dia Die? Kok kamu kasar banget? Setahuku kamu nggak pernah marah”
Heran Putra, cowok yang duduk di bangku depanku,
“kecuali sama dia, cowok nggak tahu diri”
Jawabku masih kesal.
{Alexis Geizzo{
“tumben kamu berangkat pagi banget?”
Heran Adif, aku hanya tersenyum kecil.
“gue males dirumah, kakak gue pergi pagi buta sama temennya”
Jawabku, Adif memberikan sebuah amplop padaku dari covernya sudah terlihat kalau itu surat cinta.
“masih zaman pakai surat ya hari gini”
“nggak ada yang punya nomer ponsel mu”
Sahut adif, aku langsung membuka isi amplop tersebut sebuah kertas berwarna putih ungu, sama seperti warna amplopnya langsung menyapaku.
{ku menatapmu yang penuh misteriTerbayang wajahmu yang begitu memukau
Kau tak sempurna, namun kau mampu menyempurnakan hatiku yang bahagia
Ku telah jatuh di hatimu, tak kuasa untuk beranjak pergi
Aku mencintaimu Alexis{
Viecha

0 comments:

Post a Comment